Powered By Blogger

Sabtu, 18 September 2010

HACKINTOSH Mac OS X Leopard 10.5.7 iATKOS v7 on PC AMD Phenom II

HACKINTOSH Mac OS X Leopard 10.5.7 iATKOS v7 on PC AMD Phenom

Multiboot XP|Leopard

Multiboot XP dan Leopard lebih mudah, karena hanya dengan cara mengedit boot.ini
1. Copy file chain0 ke root drive C:
2. Edit file boot.ini pake Notepad.
Atau buka “Start Menu > Control Panel > System > Advanced”
Klik “Settings” pada opsi “Startup and Recovery” lalu klik “Edit”
3. Tambahkan satu baris paling bawah, yaitu pada section [operating systems]
ketik seperti ini:
C:\chain0="Mac OSx86 Leopard"
Lalu save. Nama OS bebas tapi harus pake tanda kutip.

Halo teman"...di sela" kesibukan saya, saya ingin menghabiskan waktu buat oprek" PC, ya...instalasi Hackintosh "MultiBoot XP/MAC"
MAC OS X Leopard 10.5.7 distro iATKOS v7
- Hardware : - Mainboard MSI nf980-G65 SLI AM3 (Nvidia Chipset)
- Procie AMD Phenom II X4 955 BE 125w
- RAM G-skill dual DDR3 2Gb-12800
- Graphic da Geforce 9800GT green 1024 PCI-E
- IDE : - HDD Seagate 80Gb
- DVD R
- SATA : - WDC Green 640Gb
- Power Suply sesuaikan dengan kebutuhan hardware.

System Requirement :
- Intel X86 SSE2 CPU / Intel Core CPU / AMD X2 Platform
- 1 Gb RAM recommended
- 10Gb HDD disk space
- DVD Drive



MULAI....!!! ^_^
1. Setting AHCI SATA pada BIOS. setelah saya praktekan, memang Mac OS X sepertinya mencintai AHCI...
2. instal Windows XP SP2 atau diatasnya. saya pakai XP SP2 + App++
3. partisi HDD System dengan EaseUS Partition Master (min 10Gb) setting primary (set-active) dan pilih unformated. (keren, partisinya di hidden)
4. setelah selesai, restart PC dan tunggu prosesnya.
5. restart kembali dan masukan DVD Leopard 10.5.7 iATKOS v7 di DVD Drive
6. saat proses booting tekan F8 dan ketik busratio=20 atau -v busratio=20 lalu enter, tunggu prosesnya.
- - - - -
7. loading selesai, anda akan menginstal Hackintosh sekarang. ikuti perintahnya.
8. setelah masuk pada pilihan menu HDD, cari disk utility. erase partisi HDD partisi baru, dengan format "JOURNALED".
9. setelah selesai keluar dari disk utility dan klik HDD yang telah di format JOULNALED tadi untuk install MACINTOSH. next!

nah ini saat" yang sangat menentukan tingkat keberhasilan instalasi Hackintosh! *o*

10. anda harus pilih CUSTOMIZE dan anda sebelumnya harus memahami chipset dan spesifikasi Hardware anda. untuk mengetahui Spek Hardware pake PC Wizard ato Everest. pake CPU-Z biar tahu intructionnya, cz butuh procie yang minimal SSE2...begitu katanya khalayak banyak.
11. Customize yang saya pakai adalah :
- iATKOS v7 MAin System (wajib)
- Bootloader : Chameleon 2
- X86 PAtch : - /Extra Directory
- DSDT
- Descrypters : - DSMOS
- Kernel : voodoo 9.5 atau voodoo 9.7
- ACPI : - APIC Driver
- Disabler
- OHR
- Remove Thymce (klo gak salah gini tulisannya)
- Drivers : - VGA : Nvidia - Enablers > Old Enablers > Nvinject
- System : - AHCI
- Via SATA/IDE
- Nforce SATA/IDE
- Generic IDE (selera saya saja)
- Sound : Voodoo HDA Driver dan Azalia
- PS/2 : Apple PS/2
- NTFS-3G
- Network : Nforce Ethernet
- Post-Instal Action (wajiblah)
- Language (selera anda) free
12. finish dan instal....lama banget instalnya...uhffttt!!!!
13. setelah instal, restart dan saya mengalami kernel panic...ahh J*NC*K!, >.< cuekin aja....restart manual (critical). sssstt... keluarkan DVD Leopard dari DVD Drive. Setting BIOS SATA AHCI ke IDE. untuk boot MAC ketik busratio=20 ... setelah melakukan registrasi agar MAC dapat membaca HDD SATA, setiap hendak ingin boot MAC ganti settingan BIOS SATA AHCI!
- - - - -
14. saat loading gambar apple sebelum milih boot dual OS, tekan apa aja deh... nah tampilan keren uda keliatan tuh si Chameleon 2 menunjukkan wujudnya,hohoho...bakalan keluar partisi HDD, pilih HDD MAC OS tadi, langsung aja ketik buat boot busratio=20 dan enter....loading terus dan terus...namanya juga komputer..
15. sukses!!! saya berhasil,...ya setimpal karena waktu oprek" PC buat Hackintosh habiskan waktu 2 mingguan, walaupun tingkat kesuksesan dari perkiraan saya tidak lebih dari 70%
16. saya sebagai orang Indonesia, saya pakai country Indonesia aja di reg...dan ikuti terus tuh peraturannya.hahaha

WELCOME to HACKINTOSH

MACINTOSH berkobar pada AMD

system saya kebaca baik, AMD Phenom II X4 955 BE kebaca sesuai clock BIOSnya, saya Over Clock sedikit dari BIOSnya. RAM 2Gb kebaca. HDD SATA/IDE kebaca (AHCI mode), Sound terdengar baik, video tidak semua kebaca, mungkin lum keinstal support codecnya?????. selanjutnya masih belum saya coba buat Editing Visual Performance.

Windows XP berjalan seperti biasanya...editing, games dan lain sebagainya. ^_^

saya masih mengalami masalah...setiap kali mau log on harus ketik busratio=20 dan kalo mau restart/shutdown selalu kernel panic...yaaa, manual restart, critical lagi deh. saya merasa MAC dan XP masih belum kompak, karena XP saya membutuhkan settingan IDE, sedangkan MAC membutuhkan settingan AHCI agar HDD storage dapat kebaca semua.
kenapa???saya harus bagaimana???.... ada saran ...*.*

karena saya masih newbie ya tahap ini yang baru saya bisa lakukan, mungkin kalo ada waktu saya akan oprek" PC lagi...hehehe

silahkan mencoba dan semoga bermanfaat!!!!

- ditunggu saran dan bimbingannya dari para Master -

by HKidolakita
hk_idolakita@yahoo.co.id / greathemelkor.blogspot.com

Senin, 20 April 2009

SINEMATOGRAFI

SINEMATOGRAFI

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin sinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).

Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.


Film dalam perkembangannya sudah masuk sebagai sebuah industri. Karena itu, sudah sangat sulit untuk memastikan apakah film yang dianggap bagus bisa untuk penilaian skenarionya yang bagus atau sutradaranya yang bagus. Bisa jadi karya film itu menjadi bagus karena produsernya.

Dalam produksi sebuah film ada tiga pilar-istilah orang film, three engle-yang punya andil besar menentukan mutu akhir film, yaitu penulis skenario, sutradara, dan sang produser yang punya duit.

Memang masih ada bagian editing, music scoring, dan sinematografi. Tapi peran mereka ini kurang diketahui oleh masyarakat. Padahal, dari kalangan praktisi film digambarkan bahwa editing, music scoring, dan sinematografi sangat menentukan mutu sebuah film.

Unsur – Unsur Sinematografi

Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek tersedia dan adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahp inilah unsur sinematografi mulai berperan. Unsur sinematografi dapat dibagi menjadi 3 aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Penjelasan setiap unsur dari sinematografi sebagai berikut :

A. Aspek Kamera dan Film

A.1. Jenis Kamera dan Film

Jenis kamera dalam produksi film dapat dibedakan menjadi dua, yakni kamera digital dan kamera film. Kamera film menggunakan format seluloid sementara kamera digital menggunakan format video. Film cerita bioskop umumnya diproduksi dengan kamera film sementara kamera digital sering kali digunakan untuk memproduksi film dokumenter dan film independen.

  1. 2. Tonalitas

Pada pesawat televisi atau monitor komputer, kita dapat mengontrol tonalitas gambar melalui pengaturan kontras, brighthness, color, dan lainnya sehingga gambar bisa diatur lebih gelap atau terang, serta warna dapat diatur lebih muda atu lebih tua.

A. 3. Kecepatan Gerak Gambar

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah slow-motion atau fast-motion, yakni kecepatan gerak pengambilan gambar yang lebih lambat atau lebih cepat. Adapun juga teknik reverse motion, teknik ini jatang ditemukan dalam sebuah film. Teknik ini membalikankembali sebuah shot (berjalan mundur) mengguanakan kecepatan normal, lebih cepat atau lebih lambat.

A. 4. Penggunaan Lensa

Hampir sama seperti mata manusia, lensa kamera juga mampu memberikan efek kedalaman, ukuran, serta dimensi suatu obyek atau ruang.

  1. Short Focal atau Wide-Angle

Lensa jenis ini akan membuat obyek terlihat lebih jauh dari jarak sebenarnya. Ruang yang lebih sempit akan terlihat luas dari ukuran sebenarnya.

  1. Normal Focal Length

Lensa ini mengghilangkan efek distorsi perspektif atau memberikan pandangan selayaknya mata manusia tanpa menggunakan lensa.

  1. Long Focal Length atau Telephoto

Lensa ini mampu mendekatkan jarak saehingga obyek pada latar depan dan obyek pada latar belakang tampak berdekatan.

  1. Zoom

Lensa zoom sering digunakanuntk menggantikan pergerakan kamera maju atau mundur. Lensa mampu memperbesar dan memperkecil suatu obyek.

  1. Deep Focus dan Rack Focus

Teknik Deep Focus mampu menampilkan gambar yang ketajamannya sama dari latar depan hingga latar belakang, sedangkan teknik Rack Focus hanya menampilkan latar belakang atau latar depan yang fokus.

    1. 5. Efek Khusus

Efek khusus yang paling sering digunaka adalah teknik superimpose. Teknik ini memadukan dua gambar atau lebih dalam satu frame. Satu lagi teknik yang populer pada era silam, yakni dengan layar proyeksi atau sering disebut back dan front projection, sebuah teknik yang memungkinkan pengambilan gambar di studio tanpa harus ke lokasi sebenarnya. Setelahnya dan hingga kini hampir semua film – film fiksi ilmiah, superhero, fantasi, bencana, hingga 3 dimensi, selalu menggunakan teknologi CGI (Computer Generated Imagery).


B. Framing

Dalam sebuah film hampir tidak pernah seluruh unsur obyek diperlihatkan pada penontonnya. Sebuah film hampir tidak pernah terus menerus memperlihatkan para karakter lengkap seluruh latarnya dalam jarak yang sama sepanjang filmnya. Pembatasan gambar oleh kamera inilah yang disebut dengan istilah pembingkaian atau framing. Kontrol pembuat film terhadap framing akan sangat menentukan persepsi penonton terhadap sebuah gambar atau shot.

B. 1. Jarak, Sudut, Kemiringan, serta Ketinggian Kamera terhadap Obyek

1. Jarak

Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak kamera terhadap obyek dalam frame. Kamera secara fisik tidak perlu berada dalm jarak tertentu karena dapat dimanipulasi menggunakan lensa zoom. Obyek pada umumnya berupa manusia dan diukur dengan proporsi manusia atau obyek dalam sebuah frame.

b. Extreme Long Shot

Extreme long shot merupakan jarak kamera paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

c. Long Shot

Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering digunakan untuk establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.

d. Medium Long Shot

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

e. Medium Shot

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas serta sosok manusia mulai tampak dominan dalam frame.

f. Medium Close-up

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi pada frame.

g. Close-up

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetail. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim.

h. Extreme Close-up

pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari wajah, seperti hidung, telinga, mata, dan lainnya ataau dari sebuah obyek.

2. Sudut

Sudut kamera adalah sudut pandang kmera terhadap obyek yang berada dalam frame. Secara umum ssudut kamera dapat dibagi menjadi tiga, yakni

1. Straight-on angle

kamera melihat obyek dalam frame secara lurus.

2. High-angle

sudut kamera high-angel mampu membuat sebuah obyek seolah tampak lebih kecil, lemah, serta terintimidasi. Pengambilan high-angel kamera melihat obyek dalam frame berada dibawahnya.

3. low-angel

sementara low-angel membuat sebuah obye tampak lebih besar, dominan, percaya diri, serta kuat. Pengambilan gambar low-angel kamera melihat obyek dalam frame yang berada di atasnya.

3. Kemiringan

Kemiringan kamera adalah kemiringan terhadap garis horizontal obyek dalam sebuah frame

4. Ketinggian

Ketinggian kamera adalah tinggi kamera terhadap obyek dalam frame. Tinggi kamera yan sering digunakan dalam sebuah film adalah sejajar dengan mata manusia.





DRAMATURGI

DRAMATURGI

1. SEJARAH DRAMATURGI

Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari. Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles. Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menuturkan, Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan / drama-drama berakhir tragedi / tragis ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga menganalisa hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap penonton. Nilai-nilai yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam maha karyanya ini kemudian dikenal dengan “aristotelian drama” atau drama ala aristoteles, dimana deus ex machina :

[1] adalah suatu kelemahan dan dimana sebuah akting harus tersusun secara efisien. Banyak konsep kunci drama, seperti anagnorisis

[2] dan katharsis

[3], dibahas dalam Poetica. Sampai sekarang “aristotelian drama” sangat terlihat aplikasinya pada tayangan-tayangan tv, buku-buku panduan perfilman dan bahkan kursus-kursus singkat perfilman (dramaturgi dasar) biasanya sangat bergantung kepada dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Aristoteles.


1945, Tahun dimana Kenneth Duva Burke (May 5, 1897 – November 19, 1993) seorang teoritis literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox, 2002). Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978). Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama. 1959, The Presentation of Self in Everyday Life Tertarik dengan teori dramatisme Burke, Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial The Presentation of Self in Everyday Life. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.

I=========================================I

2. PENGERTIAN DRAMATURGI

Arti Dramaturgi

Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi/persetujuan drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak dan sebagainya, dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan. Ada orang yang menganggap drama sebagai lakon yang menyedihkan, mengerikan, sehingga dapat diartikan sebagai sandiwara tragedi.

Komedi Tragedi

Drama dapat berupa komedi dan tragedi. Kekeliruan demikian terjadi karena kekeliruan dengan istilah drama dalam hidup keluarga. Misalnya : drama percintaan yang maksudnya mengandung peristiwa menyedihkan, mengerikan.

Arti Drama

* Arti pertama : Drama adalah kualitas komunikasi, situasi,action. (segala apa yang terlintas dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton.

* Arti kedua : Menurut Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented action). Jika buku roman menggerakan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri.

- Menurut Brander Mathews : Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

- Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.

Menurut Balthazar Verhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak.

* Arti ketiga : Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunaka percakapan dan action dihadapan penonton.

Arti Drama, Sandiwara, Tonil

Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. kat sandiwara itu dibuat oleh P.K.G mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti Toneel, yang pada hayat P.K.G sudah mulai mendapat perhatian di kalangan kaum terpelajar, tetapi pada waktu itu dan lingkungan kaum terpelajar itu yang dipergunakan masih dalam bahasa Belanda. Kata baru “sandiwara” dibentuk dari kata “sandi: dan “Wara”, sandi (Jawa sekarang) berarti rahasia, dan “Wara” (wara Jawa) adalah pengajaran. Demikialah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.

Demikianlah kupasan singkat dari kata sandiwara sebagai pengganti kata Toneel sebagai pengganti kata drama. Sebenarnya arti kata sandiwara lebih kena dari pada kata Toneel (bahasa belanda), yang artinya tak lain dari pada pertunjukan. Demikian pulajuga dibandingkan dengan arti drama dalam bahasa yunani yang artinya mula-mula tak lain dari pada “perbuatan” dan kemudian semata-mata perbuatan diatas panggung. tetapi sungguh sayang, arti kata sandiwara yang sedalam itu sekarang merosot, bahkan kata sandiwara bagi umum banyak menimbulkan rasa “hina” atau ejekan.

Oleh karena itu dalam sandiwara memang sering terdapat hal-hal yang kurang baik, kata seorang guru atau seorang bapak kepada anaknya, “Jangan main sandiwara kamu”. Kata sandiwara merosot derajatnya karena yang menyelenggarakan dan yang memelihara sandiwara kurang cakap atau kurang baik budinya. Jika kita ingin mengembalikan arti kata sandiwara seperti yang semestinya, lapangan sandiwara meminta juga kepada kaum terpelajar, kepada orang yang cakap, kepada yang berjiwa seniman dan berbudi tinggi.

Formula Dramaturgi (4M)

yang dimaksud dengan formula dramaturgi atau 4M adalah :

1. Menghayalkan : Disini untuk pertama kali manusia/pengarang menghayalkan kisah : ada inspirasi-inspirasi, ide-ide.

2. Menuliskan : Pengarang menyusun kisah yang sama untuk kedua kalinya pengarang menulis kisah

3. Memainkan : Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). disini actor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu

4. Menyaksikan : Penonton menyaksikan kisah yang sama untuk keempat kalinya.

I=========================================I

3. ANALISA DRAMATURGI

Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Seperti yang kita ketahui, Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis dan sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In Everyday Life. Buku tersebut menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi, Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu.

Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Seperti telah dijabarkan diatas, Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari proses dari perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Ini merupakan asas dasar dari penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan scientific ada 5, yaitu :

[1] Frase ini berasal dari bahasa Latin yang secara bahasa berarti Tuhan keluar membantu. Hal ini menunjuk pada karakter buatan, imajiner, alat ataupun peristiwa yang tiba-tiba saja terjadi atau ada dalam sebuah pertunjukan fiksi atau drama sebagai jalan keluar dari sebuah situasi atau plot yang sulit (contohnya, tiba-tiba ada ibu peri yang muncul untuk menolong Cinderella supaya bisa datang ke pesta dansa di istana).

[2] Aristoteles mengartikan kata ini sebagai “perubahan perilaku dari acuh menjadi butuh karena perkembangan cerita (mengetahui yang sesungguhnnya), tumbuhnya rasa cinta atau benci yang timbul antar karakter yang ditakdirkan oleh alur cerita”. Contohnya, pangeran dalam cerita Cinderella sebelum tidak peduli pada gadis-gadis yang memiliki sepatu kaca, tapi begitu ia mengetahui bahwa gadis misteriusnya memakai sepatu kaca, maka ia mencari gadis-gadis yang muat dengan sepatu kacanya.

[3] Kata ini mengacu kepada sensasi, atau efek turut terbawanya alur cerita ke dalam hati. Perasaan ini seyogyanya muncul di hati para penonton seusai menonton drama yang mengena. (contohnya, turut menangis,tertawa, atau perasaan iba terhadap karakter drama).

[4] Positifisme dirunut dari asalnya berasal dari pemikiran Auguste Comte pada abad ke 19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.

[5] Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Objektivitas yang dimaksudkan di sini adalah objektivitas yang menekankan prinsip standardisasu observasi dan kosistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.

I=========================================I

4. DRAMATURGIS, KITA SEBENARNYA HIDUP DI ATAS PANGGUNG

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.

Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung - panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.

I=========================================I

5. GENRE DRAMA

Dua genre yang utama sejak masa Yunani adalah tragedi dan komedi. Disamping itu terdapat pula genre-genre melodrama, farce, tragikomedi, komedi gelap, sejarah, dokumenter, dan musikal yang sekarang keihatan menjadi genre utama dalam drama modern.1 Adapun pengertian dari genre-genre tersebut adalah:

a)Tragedi

Tragedi dikategorikan dalam drama serius dengan topik yang bermakna kemanusiaan universal sebagai temanya, yang mana tokoh utama atau tokoh melawan penderitaan, mundur dan selalu mati. Secara tradisional, tragedi melibatkan keruntuhan atau kehancuran tokoh yang statusnya tinggi. Tragedi menimbulkan rasa kasihan dan teror terhadap penonton, dan merespon pemecahan dalam apa yang dijelaskan Aristoteles tentang Catarsis, atau ”pembersihan jiwa”. Adapun contoh-contoh drama tragedi antara lain dalam drama Trilogi karya dramawan Yunani Sophocles, yakni Oidipus Sang Raja, Oidipus di Kolonus dan Antigone. Begitu pula lakon King Lear karya dramawan Inggris William Shakespeare.

b)Komedi

Komedi merupakan drama humor dengan sebuah tema penting, yang mana tokoh atau watak mempertentangkan diri mereka sendiri dan yang lain dengan akhir yang menimbulkan kelucuan. Komedi dapat menjadi kuat, bergairah, bernuansa remeh dan bergerak, tetapi organisasi pengalaman dramatiknya sama sekali menopang rasa kasihan atau teror dan mendatangkan tawa terbahak-bahak. Contoh drama komedi, diantaranya adalah Pinangan karya Anton Chekov.

c)Melodrama

Melodrama merupakan drama serius dengan tema yang sepele. Tokoh protagonis dalam bentuk populer yang menyenangkan dan menghibur ketimbang heroik, bajingan atau penjahat yang tidak kompromi dan sangat tidak menyenangkan. Melodrama menghadirkan pertentangan yang sederhana atau simple dan terbatas antara baik dan buruk ketimbang penggambaran maupun penjelasan yang lengkap terhadap penderitaan dan aspirasi kemanusiaan yang universal. Drama dalam genre ini jarang menopang akhir yang tidak menyenangkan, jarang berhubungan dengan katarsis, dan bertipe akhir dengan kekosongan pikiran, tetapi pertunjukannya suatu kemenangan yang menawan hati dari ”orang yang baik”.

d)Farce

Drama humor --dan ini lebih luas kehumorannya-- dalam tema yang sepele, biasanya seseorang yang sepenuhnya familiar terhadap penonton. Kekeliruan identitas, percintaan yang ditabukan atau cinta gelap, kesalahpahaman yang bertele-tele --ini merupakan cap yang berikan pada farce. Anak kembar satu telur, bercinta dalam WC atau di bawah meja, kejar mengejar di seantero panggung, tukar menukar minuman, tukar menukar pakaian (kadang-kadang laki-laki memakai pakaian wanita atau wanita berpakaian laki-laki), instruksi yang salah dengar, dan beragam adegan membuka pakaian, penemuan, bentuk yang dapat tahan lama secara kekal dan sejak zaman dulu kala.

e)Tragikomedi

Sebuah nama yang menunjukkan, bentuk yang mencoba untuk menjembatani tragedi dan komedi. Ini menegakkan tema serius secara keseluruhan tetapi bermacam-macam pendekatan dari serius hingga humor, dan dengan penyimpulan tanpa katarsis yang berat sekali yang mana penontonnya dibawa untuk menduga-duga. Ini juga dapat dikatakan “tragedi yang berakhir dengan kegembiraan”.

f)Komedi Gelap

Sama dalam tema dan pendekatan terhadap tragikomedi, tetapi dengan akibat pada bagian depan: “Komedi yang berakhir secara tragis”, yang kadang-kadang pengertian yang sangat tepat dari usaha yang sangat modern untuk menggabungkan komedi dan tragedi.

g)Historis

Lebih jauh dilatarbelakangi oleh William Shakespeare, meskipun sedikit drama yang tepat berkategori ini yang ditulis sebelumnya. Drama dalam genre ini menyuguhkan peristiwa sejarah dengan cara yang sangat serius dan terhormat. Drama sejarah Shakespeare terutama dipusatkan pada sejarah Inggris (kira-kira) tahun 1377 hingga 1547, dan secara khusus dengan kehidupan dan perjuangan raja-raja Inggris seperti Richard II, Henry IV, Henry V, Henry VI, Richard III, dan Henry VIII. Drama serius ini didasarkan pada banyak seluk beluk humor, tetapi tidak mencapai katarsis tragedi klasik atau mengesampingkan humor komedi.

h) Dokumenter

Merupakan sebuah genre yang masih dalam pengembang-an, yang mana banyak penemuan otentik yang secara relatif digunakan sebagai dasar untuk menggambarkan peristiwa sejarah yang baru saja terjadi. Catatan pemeriksaan pengadilan, laporan berita dan gambar, rekaman orang-orang dan pegawai yang di susun sebagai dokumentasi yang membawa kehidupan suatu persoalan khusus dan sudut pandang. Pemeriksaan pengadilan yang terkenal --yakni J. Robert Oppenheimer, John C. Scopes, Adolph Eichmann, gang ”Zoot Suit”, Leopold dan Loeb, skandal Watergate maupun skandal sex Bill Clinton-Lewinsky, skandal Bank Bali, Johny Indo, Marsinah, sebagai contoh-- merupakan sumber material untuk dramatisasi dokumenter.

i) Musikal

Genre yang dibagi oleh kepercayaan yang luas dalam musik, khususnya dalam nyanyian. Musikal biasanya digabungkan dengan genre lain untuk menciptakan komedi musikal (yakni, komedi dengan nyanyian, semacam Guys and Dolls), dokumentasi musikal (semacam Oh, What A Lovely War!, yang diinspirasikan oleh kejadian Perang Dunia I), atau sejarah musikal. Sebuah latar tragedi untuk disebut opera besar; farce musikal secara umum di sebut opera terang atau operatta.

=========================================

6. ELEMEN DRAMA

Berhubungan dengan komposisi terhadap elemen drama (bukan teknis, tapi art atau seni). Berasal dari bahasa Yunani yang artinya action atau aksi. Drama menurut Aristoteles berarti “imitasi dan representasi dari sebuah tindakan manusia”.

Hal ini berasal dari di tradisi Yunani Kuno berisi karakter dengan segala permasalahannya. Umumnya cara teater dipertunjukkan yang mendapat tingkatan paling tinggi adalah TRAGEDI Yunani.

Di dalam Tragedi Yunani terdapat konsep Deus ex Machina (Tuhan sebagai Mesin) Dimana berusaha meninggalkan intervensi Tuhan terhadap dunia. Hercules “manusia menentukan takdirnya sendiri”

Karena kalau tuhan ada, maka yang terjadi dalam cerita adalah semua mungkin atau terjadi banyak keajaiban (miracles).

Sebagai dampaknya, cerita di bangun oleh prinsip kausalitas.

1. Menceritakan sebuah kisah

2. Sebuah bentuk dari cerita

3. Asal usul drama

4. Persoalan aturan

5. Prinsip dasar

6. Model Sintetik/ aplikasi hasil analisa dan praktik

Problem utama skenario

Karena berasal dari drama, banyak istilah yang tumpang tindih.Cara menilai dramaturgi sebagai sebuah komposisi sulit dinilai karena dia adalah seni (ukurannya sulit Cara cerita masing-masing individu berbeda. Tidak bisa dipelajari secara templete.

Menonton dan membandingkan pendekatan film “Billa dan Sadja” by Alexander Mountana dan “Chocolate” by Nala Perkasa (Tuta). Last Year at Mamenbad (salah satu film dimana penonton menyebut tokoh dalam film terserbut dengan X, Y, Z karena dalam film nama mereka tidak disebutkan)

Elemen drama

- dialog - opening dan ending

- plot

- konflik - setting

- karakter

Drama dalam tradisi Yunani berarti ritual (tindakan yang suci), kegiatan menyaksikan drama adalah untuk mensucikan diri karena dalam drama terdapat kisah.

Teater: Theastai (melihat)Menonton teater untuk menghasilkan khatarsis.Agar terwujud hal itu, maka dikondisikan agar penonton fokus, sehingga penonton berdidentifikasi sehingga inividu itu hilang ketika menyaksikan pertunjukan. Dramaturgi usaha penulis untuk menjadi manusia, Dalam cerita kita berkomunikasi Membagi pengalaman dan bercerita adalah penting bagi manusia (seperti oksigen). Aturan tidak pernah ada dalam dramaturgi yang ada adalah prinsip dasar menjadi manusia:

Konsekuensinya:

- mampu memahami dirinya sendiri (jadi setiap orang bisa bercerita)

- memiliki keterbatasan dan ketergantungan

- kehidupan: proses pergantian persistiwa yang melibatkan proses kausalitas (karena kalo nggak, cerita akan jadi nggak logis dan itu tidak bisa diterima manusia/ penonton)

Perkecualian :

- manusia itu unik (karena faktor genetik dan kultur)

Karena itu manusia pasti berbeda sekaligus sama.Dalam membuat cerita, penulis proses manusia mengingat/berefleksi pada dirinya atau orang lain.


Dalam film, ada 5 jalur informasi:

A. Gambar

B. (Written) Teks

C. Speech, Monolog, dialog

D. Musik

E. Noise/Efek

Atau bisa juga disebut audio-visual

1.Karakteristik Speech

- Monolog : fungsi story telling mengkarakterisasi karakter

- Narasi : fungsi story telling berhubungan dengan POV

- Monolog interior : fungsi storytelling mengkarakterisasi karakter

- Off screen sound (monolog interior dan narasi)

- DIALOG: Pembicaraan antar karakter (kadang tidak punya tujuan storytelling, Cuma sekedar chitchat)

2. Fungsi Dialog

- Karakterisasi siapa yang berbicara

- Ilustrasi hubungan antara siapa yang berbicara dengan karakter lainnya (termasuk Pilihan kata ketika berinteraksi dengan orang lain).

- Informasi tentang hasrat, pikiran, dll

- Memperkaya aksi

3. Teknik dialog

- Jelas point dari dialog yang disampaikan

- Nyaan untuk aktor

- Terkesan hidup (realis)

4.Dialog dan gambar :

- film bisu

- gambar dan dialog dalam film bersuara. Ketika dunia tanpa dialog sehingga terlihat seperti dunia yang absurd. Biasanya film-film atau genre-genre yang tidak lazim.

5. Prinsip-prinsip dialog

- dialog sebagai pembicaraan (terdapat dua karakter atau lebih)

- dialek, aksen, intonasi, diksi (sangat fonetik yang mengarahkan pitch, loudness, timbre).

- Tidak hanya apa yang dikatakan tetapi bagaimana cara mengatakannya.

- bahasa tubuh dan karakter (karena dialog menempel padanya)

I=========================================I

7. PENULISAN SKENARIO FILM

A. Perkembangan sastra & teater barat

1. Yunani Kuno

Poetik (Aristotles)

- sumber awal dramaturgi

- analisa atas seni mengarang/komposisi atas epik, tragedi, komedi, dithrambic pada karya puisi/teater yunani

2. Abad Pertengahan

3. Renaisansce:

- Moliere

- Shakespeare

- Teater Victorian

B. Teori Sastra (dengan tokoh yang dekat dengan teori Strukturalis)

1. Vladimir Propp:

- analisa folktale

- 8 kelompok karakter (the villain, the hero, the donor, the helper, the princess, her father, the dispatcher, the false hero)

- 31 fungsi (sequence)

2. Tzuetan Todorov:

- cerita mulai dari equilibrium/ balance-disrupsi dari beberapa peristiwa- equilibrium kedua berbeda

3. Roland Barthes:

Naratif bekerja lewat 5 kode

4. Claude Levi-strauss:

- semua struktur termasuk naratif bekerja melalui oposisi biner

I=========================================I

8. RINGKASAN

1.Pengertian drama muncul sebagai bagian dari upaya untuk memahami kehidupan. Namun demikian, banyak pengertian-pengertian drama yang saling bertolakbelakang, sehingga terjadi kesimpangsiuran. Upaya yang cermat melalui pengklasifikasian terhadap karya drama tersebut, memungkinkan suatu pengertian yang komprehensif dapat ditemukan.

2.Drama dimengerti mulai dari konteks sebagai salah satu genre sastra hingga ke pertunjukan teater. Sebagai sebuah karya sastra, drama berkaitan erat dengan adanya media lain, seperti teater, radio maupun televisi dan film.

3.Dalam mengembangkan dramaturgi tersebut dibutuhkan pula para dramaturg professional untuk menelaah kaidah-kaidah seni pertunjukan.

4.Dalam play atau drama terdapat genre seperti tragedi, komedi, melodrama, farce, targikomedi, sejarah, dokumenter, dan musikal. Masing-masing genre memiliki kekhususan dalam bentuk dramatiknya.

5.Pemahaman dramaturgi sangat dibutuhkan oleh sutradara dan aktor dalam memasuki wilayah penonton.

I=========================================I